Wednesday, July 4, 2012

Backpacker Pulau Pramuka - Pulau Air : Sensasi Bermalam di Pulau Kosong

Tidur di dalam tenda, bagi sebagian orang mungkin identik dengan kegiatan mendaki gunung, dimana begitu pintu tenda dibuka, hal pertama yang kita lihat adalah pohon pohon yang menjulang tinggi di dalam hutan. Tapi tidak kali, tidak di weekend ini, karena saya bakalan ngicipin sensasi kemping di pinggir pantai. Tidak hanya sekedar pantai, kali ini saya memilih sebuah pulau kosong di Kepulauan Seribu, Pulau Air namanya.

"kakak udah tau tempatnya?" tanya Lara, teman sekantor yang kali ini berhasil saya jerumuskan untuk nemenin saya di Pulau Air. Saya menjawab dengan cool, "tenang aja, kalau bingung nanti kita tinggal tanya aja disana". Entah karena penjelasan saya yang sedikit mencurigakan atau memang karena insting laba-laba si Lara udah berbunyi perihal trip abal-abal ini, dia nanya lagi ke saya, "trus kak nanti kita gimana tidurnya?". Saya mengernyitkan dahi, "ah kita bawa sleeping bag aja, gimana?". Iya. I know. Ini emang trip yang dadakan yang kurang konsep

Pulau Air dari kejauhan
Maka dengan persiapan ala kadarnya, saya dan Lara berangkat ke dermaga Muara Angke pagi-pagi sekali. Dari dermaga Angke, gak ada perahu yang langsung menuju ke Pulau Air. Para wisatawan yang akan berkunjung kesana harus transit di Pulau Pramuka kemudian menyewa perahu nelayan ke Pulau Air. Maka, setelah memastikan kapal yang kami naiki adalah jurusan Pulau Pramuka, saya langsung masuk kedalam kapal mencari posisi yang enak untuk tidur.

Beruntung, di dalam kapal, kami bertemu empat orang anak sekolah dari Depok yang sama-sama punya tujuan yang sama, kemping di Pulau Air. Demi melihat perlengkapan mereka yang lengkap berikut dengan tenda dan nesting, naluri alamiah saya sebagai tukang nebeng langsung keluar, "boleh gabung gak kita?"

Bertemu mereka memang anugrah yang luar biasa, selain secara teknis mereka lebih siap untuk kemping di Pulau Air, ternyata mereka juga udah punya contact person perahu nelayan untuk disewa di Pulau Pramuka, Pak Mul namanya (cp : 081617196515)

Setibanya di Pulau Air, setelah bantu-bantu mendirikan tenda, saya dan kak Lara berjalan menyusuri pesisir pantai di Pulau Air ini. Ada beberapa bangunan vila kecil yang terdapat di pulau ini, walau kosong namun vila ini tampak terawat, benar saja, gak berapa lama menyusuri pesisir pantai, kami berjumpa dengan seorang bapak, beliau bekerja kepada si pemilik villa di pulau ini. Dari keterangan beliau, sebenarnya pulau ini tidak boleh dimasuki dengan bebas karena sudah punya pribadi tetapi diperbolehkan asal tidak melewati kawasan villa ( eh beneran gitu pulau bisa diperjual belikan?)

Tapi kalau cuma foto2 aja boleh kan pak??

Berapa harga pantai sebiru ini?? 
Ifan, Rio, WIldan dan Iqbal
jalan setapak di tengah hutan kecil Pulau Air
Setelah berjalan-jalan di sekitar Pulau, saya dan kak Lara menunggu sunset sementara keempat teman baru kami berenang-renang di pantai sekitar tenda. Mendekati pukul enam sore, warna sinar matahari mulai kuning keemasan.

Sunset dari Pulau Air
Hari segera berganti malam. Api unggun yang kami nyalakan perlahan mulai meredup menyisakan bara-bara api. Angin pantai berhembus kencang  bersinergi merdu dengan suara debur ombak. Waktu tidur pun tiba, 4keempat teman baru kami dengan baik hati menawarkan kami untur tidur di dalam tenda dan mereka bersedia tidur di luar. Berhubung saya dan Lara mau mencoba tidur beratapkan langit ( padahal sebenernya gak enak karena udah nebeng makan, masa iya nebeng tenda juga haha ) , jadilah kita berdua tidur dengan sleeping bag diluar tenda.

1 jam pertama setelah sleeping bag ditutup, saya masih tenang dan santai. Saya berusaha memejamkan mata dan berharap tertidur pulas. Sementara si lara udah gak ada suaranya. Pules mungkin. Jam berikutnya semua skenario film2 horor mampir di kepala saya, mulai dari adegan di film House of Wax dimana sekawanan anak remaja camping di luar kota kemudian satu persatu dibunuh dan dijadikan boneka lilin oleh psikopat sampai dengan adegan di film Rumah Dara yang penuh dengan darah muncrat berceceran dimana-mana. Semua adegan horor tentang penjahat phycho satu persatu berlari-lari di kepala saya. Efeknya ritme jantung naik dan saya gak bisa tidur. Sementara bunyi burung gagak ( yang memang banyak terdapat di pulau ini ) menambah horor suasana. Akhirnya saya cuma bisa bolak-balik badan ganti posisi tanpa bisa tertidur pulas. 


Saya mengeluarkan satu tangan saya dari dalam sleeping bag, tangan saya berusaha mencari sleeping bag Lara yang tidur tepat di samping saya. Gak tau kenapa, mungkin karena efek ngebayangin film psikopat, saya jadi takut tiba-tiba dia hilang dari samping saya. "alhamdulillah masih ada" bisik saya lega ketika tangan saya berhasil meraba sleeping bag Lara. 

"Kak" tiba-tiba terdengar suara Lara dari dalam sleeping bag. "aku gak bisa tidur". Begitu tau, Lara juga belum tidur, saya langsung membuka risleting sleepingbag, "sama Ra... aku jugaaaaaaa"
"lha aku pikir kakak udah pules" seloroh Lara. "boro-boro! buset dah aku kepikiran adegan film horor Ra". Kemudian kita berdua ngakak. 

Tiba-tiba, Ifan keluar dari tenda. "gerah banget gila didalem, tidur diluar aja dah gua" keluhnya sambil menggelar matras tidak jauh dari kami. Merasa ada bodyguard dadakan di deket kami, saya dan Lara akhirnya bisa tertidur pulas sampai pagi datang. Yippie!

Akhirnya sunrise juga!
Setelah malam yang horor tadi berlalu, sambil menunggu pak Mul menjemput kami, sesi masak memasak pun dimulai. Menu kali ini adalah telur dadar sayuran plus kornet. Menu ini disponsori (lagi) oleh Ifan dkk. Ah pokoknya Gak tau mesti makasih yang kayak gimana sama mereka... atau mungkin makasihnya sambil koprol atau kayang kali ya? Haha