Sunday, July 10, 2011

Trip Anak Krakatau : Liburan Menegangkan!

Anak Krakatau adalah salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia, terbentuk pada tahun 1927 atau 40 tahun setelah ibunya -Si Gunung Krakatau- meletus di tahun 1883. Letusan Gunung Krakatau yang sempat menjadi bencana global, kemudian menyisakan tiga pulau di sekitar Anak Karakatau, yaitu Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung. Kawasan ini kemudian dijadikan cagar alam yang pada tahun 1984 resmi masuk ke dalam Taman Nasional Ujung Kulon. UNESCO kemudian meresmikan daerah ini sebagai warisan alam dunia pada tahun 1991. Anak Gunung Krakatau masih relatif aman walaupun terkadang sering timbul letusan-letusan kecil yang mengeluarkan material lava. Mendengar cerita tentang si Anak Gunung Krakatau, saya membayangkan pasti seru bisa menyambangi daerah tersebut, dan kesampaian! Masih bersama Ocha dan Kak Ulil, kami bergabung di sebuah open trip yang di adakan oleh bang hendri.



Rute yang ditempuh untuk menuju ke Anak Gunung Krakatau adalah melalui Terminal Kampung Rambutan - Pelabuhan Merak - Pelabuhan Bakauheni - Dermaga Canti. Dari dermaga Canti, rombongan kami menyewa sebuah kapal nelayan untuk hoping island dua hari ke depan.

Dermaga Canti di pagi hari
Destinasi pertama adalah Pulau Sebesi, disini kami hanya mampir untuk mengambil makan siang, karena kami akan langsung melanjutkan perjalanan ke Anak Gunung Krakatau. Saya gak begitu inget berapa lama tepatnya perjalanan yang kami tempuh dari Dermaga Canti ke Pulau Sebesi maupun dari Pulau Sebesi ke Anak Gunung Krakatau.

Hal menarik yang saya lihat di lepas pantai Anak Gunung Krakatau adalah pasirnya yang berwarna hitam pekat seperti batu bara. Mungkin ini ada hubungannya dengan status vulkanologinya yang masih aktif.


Kemudian dimulailah perjalanan menanjak yang bikin mules. Terjal sih gak terlalu ya.. tapi karena pasir, maka ketika saya maju satu langkah, merosotnya dua langkah. Pegel. Apalagi panasnya pasir mulai terasa membakar punggungan kaki (jadi buat kalian yang mau light hiking pastikan pakai kaus kaki ya). Tapi apa yang baru saja kami lewati which is terseok-seok di pasir panas, gak sebanding dengan pemandangan yang kami saksikan dari atas punggungan anak Gunung Krakatau.



Setelah puas berkeliling, perjalanan dilanjut ke Lagoon Cabe untuk snorkeling. TIdak jauh dari jarak kami menaiki kapal, tiba-tiba terdengar bunyi letusan bergemuruh di udara. Sontak kami langsung menoleh ke belakang dan menatap puncak anak gunung Krakatau. Benar saja!  Krakatau batuk! (sepertinya dia lupa minum obat yang jam 12 siang). Kepulan asap berisi material vulkanik menyembur tinggi ke udara. Kami bersyukur bahwa kami sudah berada cukup jauh dari si Anak Krakatau. Gak kebayang mungkin deg-deg annya kalau kami masih ada disitu.

apa yang terjadi yaaa kalo kita masih asik poto2 disana??
Lepas dari kepulan asap anak gunung krakatau, kami masih dikejutkan dengan kejadian lain. Di tengah perjalanan menuju Lagoon Cabe, motor perahu mesin yang disewa RUSAK. Gak ada mesin cadangan, gak ada sinyal, of course.. ini kan di tengah laut! Dengan ini, kami ber 19 orang resmi terdampar di tengah laut. beberapa dari kami mulai mual dan muntah karena kapal yang berhenti akan bergoyang lebih hebat ketimbang kapal yang berjalan. Cara-cara meminta bantuan pun mulai dilakukan, dari mengangkat handphone tinggi-tinggi ke udara untuk mencari sinyal, mirror sign sampai mengibarkan bendera berwarna mencolok sebagai tanda kapal kami perlu bantuan. Beruntung, setelah beberapa jam terapung di laut lepas, ada satu kapal nelayan membawa turis mancanegara yang lewat tidak jauh dari kami. Kami mulai berteriak dan melambaikan tangan sambil jingkrak-jingkrak. Akhirnya bagai motor mogok, kapal kami ditarik dengan menggunakan tambang.
Meskipun rencana snorkeling di Lagoon Cabe batal, tapi kami berhasil sampai di Pulau Sebesi -tempat kami menginap- dengan selamat jam 8 malam

Menghabiskan Waktu di Pulau Umang-umang
Saya terbangun sekitar pukul lima pagi. Menjelang jam 6, beberapa dari kami berjalan-jalan di Dermaga Pulau Sebesi menikmati sunrise.

Sunrise di Pulau Sebesi
Pagi ini, setelah sarapan pagi, kami akan menghabiskan waktu di Pulau Umang-umang. Karena kapal kami yang rusak semalam belum selesai di ketok magic, maka kami menggunakan jukung ( semacam perahu kecil yang kapasitasnya hanya 4 orang ) untuk menuju kesana.

Setibanya saya di Pulau Umang-umang, saya langsung dibuat takjub oleh landscape Pulau Umang-umang. Pasirnya yang putih kontras dengan air lautnya yang berwarna biru langit. Gugusan koralnya juga gak jauh dari pantai. Kerenlah pokoknya!


Bang Hendri curang liat nemo gak ajak-ajak
Setelah puas kecipak-kecipak, kebeset karang, tersengat ubur-ubur, kebakar matahari, nelen air laut *tapi senang luar biasaaaaaa* kita balik ke Pulau Sebesi, mandi, packing, dan menuju Sebuku Kecil untuk ambil gambar sebelum pulang ke Pelabuhan Bakaheuni dan seterusnya ke Jakarta.

Semoga siapapun yang berkunjung ke sini tidak merusak apapun yang ada disini. Semoga. Saya masih berharap 10 tahun kedepan atau mungkin 20 tahun kedepan, saya bisa mengajak anak cucu saya bermain-main disini. Di perjalanan pulang, sempat terlintas satu pertanyaan di benak saya, apakah kita sedang menghitung mundur sebelum anak Krakatau meletus seperti ibunya dulu? 

1 comment:

  1. Berbagi Kisah, Informasi dan Foto

    Tentang Indahnya INDONESIA

    www.jelajah-nesia.blogspot.com

    ReplyDelete