Tuesday, January 8, 2013

Backpacker Gunung Ciremai : Antara Tahun Baruan dan Jalur Linggarjati

Gunung Ciremai adalah gunung yang gak perlu tiket kereta api untuk kesana dan inilah alasan kenapa kita berempat memilih gunung ini untuk ngabisin sisa liburan akhir tahun. Awalnya, kita udah niatan mau ke Gunung Argopuro, tapi terimakasih kepada sistem ticketing di Indonesia beserta jajaran calo-nya yang ngasih harga selangit untuk tiket kereta ekonomi di musim liburan kayak gini - bayangin aja dari harga 55ribu dijual 180ribu! - jadilah kami banting stir ke Gunung Ciremai.


Sebenernya ini bukan kali pertama saya kemari, dulu tahun 2007 saya pernah ke Gunung Ciremai, tapi waktu itu via jalur Palutungan, sedangkan kali ini saya dan 3 orang pria ajaib ini akan menempuh jalur Linggarjati. Itulah kenapa saya masih tetep excited. Pertanyaan selanjutnya adalah siapakah 3 pria ajaib itu? haha.. mereka adalah Dedi - Bapaknya ARTCA - dan adik2 saya yang unyu-unyu, Rizal dan Sofyan.

Keluarga merangkap bodyguard saya hehe..
Jumat, 28 Desember 2012
Perjalanan dimulai dengan menggunakan bus arah Kuningan dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam dari Jakarta, agak meleset dari perkiraan, karena as usual yah musim liburan.. macet. Sekitar jam 03.30 pagi kita berempat turun di Pertigaan Cilimus untuk seterusnya jalan kaki ke basecamp Gunung Cireme. Yap.. Jalan kaki adalah metode trasnportasi purba yang sangat disukai Dedi. Biar ngirit katanya.. tapi pegel kata saya.

"Berapa lama Ded dari sini ke Base camp?" tanya saya to the point ke Dedi. "Deket.. paling 30 menit" Jawab Dedi singkat. Ternyata kita baru sampai satu jam setengah kemudian. Saya lupa kalau Dedi adalah pemberi harapan palsu dalam hal jarak dan waktu tempuh.




Anyway, basecamp cukup rame karena memang jumlah pendaki naik karena bertepatan dengan liburan panjang akhir tahun, tambah rame lagi karena kedatangan suku Dayak Indramayu yang - gak tau kenapa - ingin refreshing ke Gunung Cireme.














Yap.. mereka naik ke atas Gunung Cireme ya dengan kostum asli mereka, gak pake baju, cuma celana item putih yang katanya melambangkan hitam putih dunia plus aksesoris kalung yang berjejer di leher. Nyentrik dan beresiko masuk angin tentu saja.

Sabtu, 29 Desember 2012
Perjalanan baru dimulai sabtu pagi. Dibuka dengan jalanan aspal yang rada nanjak menuju pos I Cibunar ( 750 mdpl ). Di kanan kiri jalan menuju Cibunar banyak perkebunan penduduk yang mayoritas ditanami ubi merah. Cibunar gak lain adalah camping ground dimana banyak RemPakem ( Remaja Pecinta Kemping ) kumpul-kumpul dimari. Cibunar juga merupakan tempat dimana kita harus mengumpulkan stok air selama naik nanti, karena jalur Linggarjati jarang terdapat mata air. 

Di Cibunar














Dari pos 1 Cibunar, jalanan aspal berubah menjadi jalanan tanah berbatu dengan dominasi hutan pinus. Harus berhati-hati karena tanahnya rada licin, efek hujan yang turun hampir setiap hari disini.



















Di sekitar jalur banyak bangunan semi permanen dari kayu, berdasarkan cerita Dedi yang emang udah bolak-balik kesini, warung ini dulunya ramai pengunjung, apalagi kalau lagi musim pendakian, tapi gak tau kenapa sekarang ditinggalkan oleh pemiliknya.

bekas warung di dekat Cibunar
Dari Cibunar, perjalanan masih lanjut ke Leuweng Datar ( 1285 mdpl ) dan Condang Amis ( 1350 mdpl ). Sebenernya di dalem hati mah pengen nanya ke Dedi berapa lama waktu tempuh dari pos ini ke pos itu, tapi mengingat status Dedi sebagai Pemberi Harapan Palsu dalam pendakian, niat tadi dibatalkan. Di Condang Amis terdapat bangunan seperti gazebo yang cukup untuk berteduh 10 orang-an. Di pos ini juga sudah mulai terdapat peringatan untuk menghentikan pendakian apabila cuaca buruk.

Di Condang Amis














Setelah sempet nge-break makan siang, perjalanan lanjut lagi ke Blok Kuburan Kuda ( 1580 mdpl ). Kenapa namanya Kuburan Kuda? Berdasarkan cerita Dedi yang emang udah dari sebelum masehi naik kesini, dulunya kompeni pernah ngejar pejuang kemari, namun kuda yang mereka tunggangi hanya sanggup mengantar sampai blok ini dan kuda-kuda itu pun mati karena kelelahan. Makanya dinamain Kuburan Kuda. Tapi saya curiga karena muka Dedi gak ada bedanya tau antara nyeritain sesuatu yang bener sama nyeritain sesuatu yang direkayasa. Doi emang paling seneng ngeboongin saya yang masih polos ini.



Sempet beberapa kali narsis di tengah jalan. Tapi dari sejuta kali narsis, inilah foto narsis yang menurut saya paling keren :D














Perjalanan hari pertama berhenti sampai di beberapa meter sebelum Pengalap ( 1790 mdpl ). Disini kami memutuskan untuk berhenti karena sudah lewat magrib dan hujan mulai turun. Kenapa gak buat tenda di Pengalap? Pertanyaan bagus! Berhubung musim pendakian, Pos Pengalap dapat dipastikan penuh, daripada kami paksakan terus berjalan ke Pengalap, sampai sana gak ada lapak untuk buat tenda plus hujan pula, lebih baik break dan buat tenda di lapak yang kebetulan ada di beberapa meter sebelum Pengalap.

Minggu, 30 Desember 2012
Tema hari kedua pendakian adalah : Lazy Day!
Hawanya males banget mau packing tenda dan melanjutkan perjalanan. Walhasil setelah sarapan kelar - tepatnya jam 9 pagi - bukannya packing malah lanjut tidur lagi *tepok jidat*


Sesi memasak sarapan
Jam 11 siang, saya ngerusula ( baca : ngegerutu ) bosen didalam tenda dan minta jalan ke Dedi. Apesnya ketika tenda udah di packing, ealah.. ujan turun lumayan lebat yang langsung membuat Dedi berkata sambil melotot ke arah saya " cakep lo ye.. ujan begini minta jalan!". Gak ngaruh dengan omelan Dedi, saya tetep cengengesan. wakakaka. 

Adegan selanjutnya tentu saja berteduh dengan flysheet di tempat yang sama. Setelah kurang lebih 2 jam berteduh, sekitar pukul 1 siang, kita beringsut naik menuju pos selanjutnya, Pengalap ( 1790 mdpl ). Lagi-lagi, baru jalan 20 menitan, kita harus kembali membuka fysheet dan berteduh selama hampir 2 jam karena hujan kembali turun dengan lebat. Waktu neduh inilah  kami sempat bertemu banyak pendaki yang mayoritas berasal dari Bogor.

Perjalanan hari kedua berhenti sampai Pos Pengalap. Pos Pengalap ini memiiliki cukup ruang untuk mendirikan tenda, saat kami datang saja, sudah ada satu tenda berukuran besar dan satu tenda berkapasitas 6 orang yang sudah berdiri disini.. Tepat pukul 7 malam, kami berempat sudah resmi leyeh2 di dalam tenda di ketinggian 1790 mdpl. 

Senin, 31 Desember 2012
Perjalanan hari ketiga diawali dengan nasi goreng ikan asin sebagai menu sarapan kami - jangan tanya darimana kami dapat nasi! - Saat kami memulai perjalanan, tenda-tenda tetangga udah gak ada, kayaknya mereka udah berangkat dari pagi-pagi buta. Berbeda dengan kami yang bahkan masih sempet ngopi-ngopi setelah tenda selesai di packing hehe.. pemalas.

Ngopi sambil dengerin Dedi cerita asem garem hidup

Hujan masih mewarnai perjalanan kami, dan tetap flysheet adalah teman setia dalam perjalanan. One good thing about the rain is.. kamu gak perlu takut kekurangan air di trek Linggarjati yang terkenal pelit air ini, cukup duduk berteduh di bawah flysheet dan taraaaa... air datang sendiri untuk dipakai memasak. Rasanya gak beda jauh kok sama air yang biasa keluar dari keran rumah :)

Di tengah hujan gerimis

















Lepas dari Pengalap, jalanan mulai bikin engap. Pos selanjutnya adalah 3 tanjakan berturut - turut, Tanjakan BinBin ( 1920 mdpl ), Tanjakan Seruni ( 2080 mdpl ) dan yang paling horor adalah Tanjakan Bapa Tere ( 2200 mdpl ). Kenapa Bapa Tere paling horor ?  karena memang treknya terputus which is kaki kanan kamu menapak di tanah, dan pijakan selanjutnya berada setinggi kepala kamu *eng ing eng*. Alih-alih takut, saya malah tepok tangan karena adegan ini mirip di film-film hehe.

Perjalanan hari ketiga ditutup beberapa meter dari Bapa Tere, dimana ada sedikit area datar yang cukup untuk kira-kira 2 tenda ukuran 4-5 orang. Hari sudah gelap dan pakaian udah semi lepek saat kami mendirikan tenda disini diiringi lagu Benyamin yang dinyanyikan oleh Sofyan " ohooooooooo... pegel semuaaaa" ( itu beneran lho lirik lagunya begitu )

Ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, malam ini adalah malam tahun baru. Tepat jam 12 malam, kami berempat duduk melingkar kemudian saling mengutarakan dan saling mendoakan impian masing-masing di tahun 2013 sambil mendengar bunyi kembang api di bawah sana. Deep down inside.. saya berharap tahun ini kami masih bisa berkumpul sama-sama, melakukan perjalanan kocak dan ajaib sama-sama dan membuat cerita untuk dikenang saat tua nanti. :")

Senin, 1 Januari 2013, Its summit time!
Perjalanan hari keempat dimulai jauh lebih pagi dari biasanya mengingat jarak puncak yang masih cukup jauh ( 4 Pos lagi ). Kalau hari-hari sebelumnya kami start jam 11 siang, kali ini jam 8 pagi kami udah bergerak meninggalkan tenda menuju pos selanjutnya, Batu Lingga ( 2400 mdpl ).



Dari Batu Lingga, masih ada Pos Sangga Buana I ( 2545 mdpl ) dan Sangga Buana II ( 2665 mdpl ), Pos terakhir sebelum puncak adalah Pengasinan ( 2860 mdpl ). Saya gak bisa mendeskripsikan berapa lama waktu tempuh dari pos satu ke pos lainnya, tapi yang jelas panjang dan lama. 

Jalanan mulai terjal berbatu menuju Pengasinan


Di Pengasinan

















( Katanya ) dari Pengasinan ke Puncak hanya membutuhkan waktu 30 menit - 45 menit. Tapi berasa lama buat saya, ditambah hujan yang mulai turun rada lebat. Sempet berfikir.. ini sampai puncak apa yang mau dilihat ya? jangan-jangan yang kelihatan cuma kabut dan awan mendung doang. Pikiran tadi otomatis membuat saya jadi males-malesan dan gak semangat. Alhamdulillahnya.. sempet dikasih cerah sebentar saat kami sampai di Puncak Panglongokan.














Cuaca yang cerah ini bikin kawahnya keliatan jelas yang tentu saja mengundang naluri kenarsisan saya haha..














Terima kasih kepada teknologi timer di dalam kamera digital, yang memungkinkan kami bisa berpose berempat walaupun tak ada pendaki lain yang bisa dimintai tolong untuk memotretkan di puncak ini.














Perjalanan kembali ke tenda diwarnai kembali dengan hujan. Kali ini deras dan sukses membuat saya basah kuyup sampai harus meminjam baju sana - sini karena stock baju udah gak ada lagi. Niat semula mau langsung geber turun, terpaksa ditunda dan harus nge-camp semalam lagi.

Selasa, 2 Januari 2013
Begitu terbangun dari tidur yang cukup menggigil karena dingin, hal pertama yang saya, Dedi dan Sofyan lakukan adalah menyalakan handphone dan berusaha memberi kabar ke Bos masing-masing bahwa hari ini kami belum bisa kembali bekerja. Mulailah adegan mencari sinyal dari handphone digantung di samping tenda sampai dikibas-kibas ke atas tenda. Rizal sih enak masih jadi anak sekolaha, belon punya bos kayak kita orang :(

Perjalanan turun baru dimulai pukul 11 siang dan sampai dengan selamat - cuma betis aja rada kenceng - di Cibunar jam 3 sore. Kocaknya, saat kita sampai di basecamp, orang-orang riuh menyambut kami, selidik punya selidik, tim evakuasi sudah siap berangkat mencari kami karena mereka pikir kami hilang atau ngedrop di tengah jalan. Ternyata eh ternyata kelompok kamilah yang paling lama berada di atas gunung. Hahaha.. ampun ah.

Baju pinjeman :))


















Catatan penting kali ini adalah : bawalah baju lebih saat mendaki di musim hujan dan pastikan kalian tidak melawan cuaca, maksudnya kalau cuaca buruk lebih baik nge-camp daripada memaksakan diri demi sebuah TARGET. 

sampai jumpa di catatan kaki selanjutnya yaaa..
have a good year everyone!

Regards,

4 comments: