Tuesday, December 4, 2012

Jelajah Menteng : Seharian Jadi "Anak Menteng"

Apa yang pertama terlintas di benak kamu kalau mendengar nama "Menteng"? Kalau saya pastinya yang pertama kali terlintas adalah kompleks perumahan elit yang rumahnya perlu setidaknya 3 orang ART untuk sekedar menyapu lantainya atau malah membuat saya teringat akan lagu lama milik band favorit saya, SLANK yang judulnya "Anak Menteng"


"anak menteng.. lagaknya sok aksi jalan petantang petenteng..punya duit gocap ngakunya punya goceng"

Nah lho,, liriknya agak gimana gitu ya?
Tapi sodara-sodara saya sudah membuktikan kalau jalan petantang - petenteng di kawasan Menteng emang seru berat, karena dibalik predikatnya sebagai kompleks perumahan mewah, kawasan Menteng ternyata dikelilingi banyak objek wisata terutama wisata heritage yang menarik untuk dikunjungi.

Oiya.. trip Jelajah Menteng ini sebenernya berawal dari saya yang iseng-iseng bertanya kepada sahabat saya, Dedi.  "Dedi..Dedi kalo menurut Lo tempat yang bagus di Jakarta apa Ded?"
"Pasar Loak" jawab Dedi simple. *FYI :  si Dedi ini memang orangnya agak "beda" dan ajaib*
" oooo gitu, Pasar Antik maksudnya Ded?" jawab saya setengah bingung karena gak bisa menemukan korelasi antara "tempat yang bagus" dan "pasar loak"
"iya Pasar Antik di Jalan Surabaya" jawab Dedi singkat.

Nah penasaran dengan si Pasar Antik itu, maka ditemani si Dedi, saya meluncur kesana. Cerita punya cerita, setelah berkunjung kesana, pulangnya saya banyak melewati tempat menarik, akhirnya sampai dirumah saya membuat itinerary Jelajah Menteng sambil menyusun tempat apa aja yang worthed untuk dikunjungi. Here they are.. 

Pasar Antik di Jalan Surabaya.














Pasar Antik ini adanya di Jalan Surabaya, masih sekitaran Menteng deh pokoknya. Sempet penasaran berat,  kayak gimana sih Pasar yang dibilang Dedi bagus itu? Ternyata emang bagus! Hahaha.. kali ini Dedi cukup cerdas :D. Pasar antik ini sih katanya cukup terkenal dan sepenglihatan saya memang pembelinya kebanyakan turis asing berwajah ke-bule-an sampai yang berwajah India pun ada.

Pasar Antik ini terdiri dari 184 kios kecil yang menjajakan barang-barang antik dan kuno mulai dari guci dan porselen antik, lampu dari jaman si Pitung, piringan hitam sampe tusuk konde juga ada. *jangan - jangan tusuk konde ibu kita Kartini lagi ya?* 

















Pertanyaan yang langsung mampir di kepala saya adalah dari mana mereka mendapatkan barang-barang antik ini? dan biasanya barang apa sih yang paling banyak dicari oleh pembeli? Sayangnya.. rasa penasaran saya terbungkam oleh sifat tertutup dua orang pemilik kios yang sempat saya tanyai. 


Mesjid Sunda Kelapa






Pada hari itu, akhirnya saya tau kalau masjid Sunda Kelapa tidak terletak di dekat pelabuhan Sunda Kelapa hahaha.. Anyway, Masjid yang selesai dibangun pada tahun 1970-an ini ternyata memiliki taman hijau didalamnya. Assikk.. abis sholat bisa ngadem dulu di tamannya. 

Sudut taman di Masjid Sunda Kelapa















Taman Suropati

Bergeser sedikit dari Masjid Sunda Kelapa, saya mengunjungi Ruang Terbuka Hijau yang bernama Taman Suropati. kalau masuk ke taman ini, bakalan lupa deh kalau lagi ada di Jakarta, secara adem, banyak angin dan mata seger ngeliat pohon-pohon yang hijau. Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan disini, ada anak kecil yang lari-larian, ada yang main biola, ada yang pacaran bercengkrama sama teman-temannya ada juga yang berdagang :)

Ini di Jakarta lho... Ciyus!




















































Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Gak jauh dari Taman Suropati, ada yang namanya Museum Naskah Proklamasi. Dengan harga tiket masuk 2ribu rupiah, saya sudah bisa melihat-lihat isi dari bangunan yang waktu jaman penjajahan Jepang dulu merupakan kediaman Laksamana Tadashi Maeda yang sekaligus tempat teks Proklamasi dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Bung Hatta dan Ahmad Soebarjo. 

















Didalamnya terdapat replika ruang perumusan naskah proklamasi lengkap dengan manekin menyerupai Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Soebarjo.


















Saya sempat berpose dengan para tokoh yang menghadiri rapat perumusan kemerdekaan RI ini

"Kek.. cucu dateng ni kek.. numpang foto ya kek" :D


















Mesjid Cut Meutia

Mengarah sedikit ke Jalan Cut Meutia, saya berkunjung ke salah satu masjid peninggalan zaman kolonial Belanda. Saya sempat terkejut dengan kiblatnya yang "agak" berbeda dengan masjid yang lain, yaitu agak miring karena memang bangunannya yang tidak persis menghadap ke kiblat.

Masjid yang dulunya pernah digunakan sebagai kantor pos dan KUA ini memiliki interior langit-langit yang menarik dan bener-bener terkesan antik seperti yang memotret *kemudian lirik Dedi sambil ngakak*

Interior langit-langit yang unik



































Taman Situ Lembang

Muter dikit ke arah Jalan Lembang, ada situ kecil di tengah taman, makanya dinamain Taman Situ Lembang *hasil analisa ngasal saya*. Taman ini seperti kebanyakan taman pada umumnya, kalau sore hari ramai lancar, situ kecil di tengah taman kadang dimanfaatkan warga untuk memancing, meski saya rada bingung ikan apa yang hidup disitu.
















Adakah ikan di mari? 



















Gedung Joeang 45

Beralih sedikit ke Kelurahan Cikini -masih Kecamatan Menteng -, saya mengunjungi yang namanya Gedung Joeang '45. letaknya gak jauh dari Tugu Tani. Sedikit grasa grusu karena takut udah nutup berhubung destinasi ini kami kunjungi sore hari. Apa yang ada di dalamnya bener-bener touchy. Ada pemutaran film perjuangan, ada artikel perang-perang apa saja yang udah dilakoni oleh pejuang kita sampai replika tandu Jenderal Soedirman pun ada. Wisata Sejarah yang terhitung murah karena saya cuma dipungur tiket masuk 5ribu rupiah saja perorang.



















Tugu Proklamator

Jalan lurus terus dari Gedung Joeang 45 ke arah Jalan Proklamasi, ada tempat yang gak kalah kerennya dan masih berbau sejarah, Tugu Proklamator. Di dalamnya terdapat monumen Soekarno Hatta berikut dengan teks proklamasinya.
Rada kesel juga ngeliat banyak jejak vandalisme berupa coretan-coretan anak ABG yang gak ngerti caranya menghargai benda seni, seenak jidatnya aja mereka nyorat-nyoret monumen ini dengan tipe-ex. Erggghhh... tinner mana tinner..

Oiya masih satu kompleks dengan tugu proklamator, ada juga bangunan monumen dari marmer yang bertuliskan Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia, Atas Oesaha Wanita Jakarta". Usut punya usut di mbah google, akhirnya saya tau kalau tugu ini diprakarsai pada tahun 1946 oleh Yos Madani , seorang mahasiswi dan anggota Ikatan Wanita Djakarta atas permintaan Sam Ratulangi.

"Cuma wanita yg boleh foto disini tau"
ucap saya sinis ke Dedi



















Akhirnya, setelah 8 tempat dikunjungi, tepat jam setengah lima sore, kami mengakhiri sesi petantang-petenteng di Kawasan Menteng ini dengan perubahan mindset tentang Menteng. Sekarang kalau mendengar kata "Menteng" maka yang pertama kali terlintas di pikiran saya bukan kompleks perumahan elit, melainkan adalah JJS alias Jalan-Jalan ber-Sejarah.. Lets Enjoy Jakarta!

Regards,
(mantan) anak menteng *hahaha













2 comments:

  1. Tolong cantumkan screen shoot twiit bukti bahwa postingan anda telah di twitt di twitter pribadi anda. Untuk tahapan berikutnya silahkan kirim data diri, alamat tempat tinggal, dan no telpon yang bisa dihubungi ke alamat email yang tertera dibawah.

    Terima kasih,
    VIVAlog
    putri.megasari@viva.co.id

    ReplyDelete