Wednesday, June 18, 2014

Cave Tubbing Goa Pindul

Masih di hari keempat dalam rangka 6 hari Backpacker-an di Jogjakarta, setelah susur selusur Goa Gelatik, destinasi selanjutnya adalah mencicipi Cave Tubbing Goa Pindul. 

Goa Pindul terletak tidak jauh dari Goa Gelatik dan masih merupakan destinasi wisata di Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. Pada awalnya tidak ada yang menarik dari Goa Pindul bagi masyarakat sekitar. Goa ini hanya dijadikan sebagai tempat mencari sarang burung tertentu yang dapat dijual dan menghasilkan uang, sampai suatu ketika serombongan mahasiswa yang melakukan KKN di desa ini menyadari bahwa Goa Pindul bisa jadi tempat wisata yang menjanjikan, Terbukti, sekarang apabila weekend tiba, pengunjung yang datang bisa mencapai angka ribuan!

didepan mulut goa pimdul
Beruntungnya, saya datang bukan di hi-season seperti itu, sehingga sesi cave tubbing pada sore hari ini seperti cave tubbing di gua pribadi. Sepi dan khidmat. Cihuy! Masih ditemani guide yang sama pada sesi selusur Goa Gelatik, yakni pak Kejar, im more than ready to do this : cave tubbing!. Sesi cave tubbing ini kurang lebih berdurasi 45 menit dengan panjang jarak tempuh sekitar 300 meter. Sebelum memulai cave tubbing, peralatan standart yang harus dipakai adalah helmet, safety jacket dan ban karet yang nantinya akan membawa kita menyusuri sungai bawah tanah didalam goa ini.

di mulut gua *im more than ready!
Hal pertama yang saya yakinkan dalam hati ketika memulai perjalanan menyusuri sungai didalam Gua Pindul ini adalah : anakonda tidak hidup di tempat seperti ini. *eh bener kan ya?. Karena jujur kacang ijo, bukan gelapnya gua yang saya takuti, tapi kemungkinan meet and greet sama hewan melata yang bersisik itu lhooooo..

Tapi demi melihat jejeran stalaktit yang berwarna cokelat keemasan, pikiran berbau anakonda tadi lenyap begitu saja tergantikan oleh perasaan takjub. 

Pemandangannya gimanaaaa gitu..
Perlahan, ban yang saya tumpangi membawa saya masuk kedalam Goa Pindul lebih dalam lagi, sumber cahaya yang tersisa adalah headlamp yang dipakai oleh pak Kejar sementara kedalaman air dibawah saya berkisar antara 5 - 10 meter. Pada satu titik, saya menemukan stalaktit yang sudah bersatu dengan stalakmit sehingga lebih nampak seperti sebuah pilar raksasa yang diameternya (katanya) butuh lima orang dewasa untuk mengelilinginya.     

Terbayang dikepala, berapa tahun yang dibutuhkan oleh material kalsium karbonat untuk mengendap dan membentuk pilar sebesar itu. (o_0)

si pilar raksasa
Di tengah goa, saya melewati yang disebut sebagai sumur terbalik oleh warga sekitar, yakni sebuah luweng vertikal yang biasa dipakai oleh tim SAR setempat untuk latihan teknik SRT. Pada siang hari, sinar matahari yang menerobos masuk dari luweng ini menambah keindahan di dalam Goa Pindul.

Sumur terbalik.
manjat-manjat kurang kerjaan
Setelah hampir 40 menitan ber-tubbing ria, saya sampai juga di penghujung goa. Di mulut goa tampak beberapa pengunjung yang lebih dulu sampai disini. SInar matahari sore mulai tampak keemasan, pertanda senja sudah didepan mata. Dengan perasaan puas, segera saya bergegas menuju ke tempat terakhir yang akan menutup perjalanan di hari keempat di sesi backpacker Jogjakarta ini, Sungai Oyo.

Next : River Tubbing Sungai Oyo!

2 comments: