Sunday, June 15, 2014

Susur Selusur Goa Gelatik yuk!

Di hari keempat dalam rangka Backpacker Jogjakarta kemarin, saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu Goa yang berada di Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. Goa Gelatik namanya. Goa Gelatik merupakan salah satu goa dari puluhan goa yang terdapat di area karst di Gunung Kidul.

Menuju ke goa ini tidaklah sesulit yang dibayangkan. Dari terminal Giwangan di Kota Jogjakarta, cukup cari bus yang menuju ke arah gunung kidul, turun di terminal atau di perempatan Grogol, dari sana perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojeg

Setibanya saya disana, suasana cenderung sepi, mungkin karena ini bukan weekend dan bukan pula musim liburan sehingga pengunjung tidak begitu banyak. Ditemani oleh seorang guide, Pak Kejar namanya, saya mulai menyelusuri Goa Gelatik ini tepat pukul setengah tiga sore.


Goa gelatik sudah terkenal sejak jaman dahulu sebagai salah satu goa yang sering digunakan untuk bertapa dan mencari "ilmu". Bahkan konon Angling Dharma pernah bertapa disini. Meski sempat bingung dengan konsep "ilmu" yang dijelaskan oleh Pak Kejar, saya tetap mengangguk-angguk tanda mengerti hihi.

Sebelum memasuki mulut goa, Pak Kejar menjelaskan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan didalam goa, salah satunya adalah berkata kasar atau jorok, mengumpat atau memaki *Kalau yang ini sih sebenernya gak pandang bulu yaa.. mau dimana aja memang seharusnya berkata sopan kan?*

Di depan mulut goa gelatik
Memasuki mulut goa, saya disuguhkan dengan jalanan yang mulai menyempit dan rendah sehingga memaksa saya untuk beberapa kali berjalan jongkok dan merangkak. Sinar senter Pak Kejar yang memimpin di depan mulai menyeruak di tengah kegelapan goa, sementara saya mengikuti di belakang dengan tergesa-gesa. Keheningan di dalam goa mulai terasa. Tidak ada yang terdengar kecuali langkah kaki kami dan suara hewan -yang kemudian saya simpulkan sebagai suara hewan kelelawar.

Meskipun Goa gelatik ini merupakan goa kering, artinya tidak ada genangan air atau aliran sungai didalamnya, tetapi kondisi tanah cukup becek dan berlumpur.

Salah satu titik dimana jalan mulai merendah ^^
item-item itu pup-nya kelelawar (>,<)
Berjalan masuk ke dalam goa, saya mulai menjumpai beberapa stalaktit yang tumbuh menjulang dari atap goa. Di satu titik pak Kejar berhenti dan menunjukkan saya ke sekumpulan stalaktit yang meneskan air. Konon katanya air yang menetes itu apabila terkena wajah dapat membuat si empunya menjadi cantik dan disukai lawan jenis. "non mau coba?" tawar Pak Kejar. Sadar bahwa ini merupakan salah satu bentuk syirik akbar yang konsekuensinya bisa membatalkan ke-Islam-an, saya menjawab sambil tertawa kecil "gak ah pak.. kayaknya udah cukup cantik" :D

Si Stalaktit
Di tengah perjalanan, ada satu stalaktit yang super duper besar, yang kalau dipukul mengeluarkan bunyi seperti bunyi gong. Saya berpendapat kalau stalaktit ini pasti terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan lamaaaaaa sampai bisa sebesar ini.


Perjalan berlanjut dan sampailah kami di tengah-tengah goa yang berupa ruangan yang sangat lebar. Ruangan ini konon yang sering dipakai untuk bertapa. Penjelasan dari pak Kejar secara otomatis membuat saya mengedarkan pandangan ke susut-sudut goa. Siapa tau saya bisa melihat orang yang bertapa. Sadar dengan tingkah laku saya, Pak Kejar berkata "non, kalaupun ada yang bertapa, non gak akan bisa melihat wujud mereka". Oooh (-_-")

ibarat rumah.. mungkin ini ruang utama nya ^^
Pak Kejar kemudian menawarkan saya untuk mencoba berada di zona gelap abadi, alias berada di dalam gua dengan kondisi senternya dimatikan. Saya mengangguk tanda setuju. Sedetik setelah Pak Kejar mematikan senter, tidak ada satupun sumber cahaya disitu. Sejauh mata memandang, hanya hitam pekat yang ada. Mungkin begini rasanya menjadi buta dan saya memang harus banyak bersyukur dikaruniai panca indera yang sempurna, kemudian saya pun berbisik dalam hati "Fabi ayyi aala'i robbikuma tukadziban.. maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?" :")

Dekil itu juga nikmat lho.. ^^
Setelah puas berkeliling di dalam goa, saya dan Pak Kejar beranjak keluar menyusuri jalan dan celah-celah sempit yang sama. Menyenangkaaaaan \(^0^)/


Meski harus berkali-kali berjalan merangkak menuju pintu keluar gua, tetapi saya cukup puas berada disini. Tidak saya perdulikan lagi celana dan gamis saya yang berlumuran tanah, saya tidak sabar untuk beranjak ke destinasi selanjutnya di hari keempat ini.

Next: Cave Tubbing Goa Pindul!

No comments:

Post a Comment