Monday, June 9, 2014

Cerita tentang hijab ini..

Melihat penampilan saya yang sekarang, ada beberapa temen yang gak percaya. Untuk ukuran saya yang dahulu gak karu-karuan kadar kewanitaannya, berhijab adalah sesuatu yang jauh dari bayangan.


Saya adalah anak perempuan yang besar di tengah saudara laki-laki. Tumbuh bersama dengan abang yang usia yang tidak terpaut jauh, membuat kami berdua sangat dekat. Musik yang ia suka hampir semua saya juga suka. Telinga saya rasanya sangat familiar dengan lagu-lagu Nirvana, Betrayer, Metallica dan beberapa band yang identik dengan kaum adam. Kami bahkan belajar main gitar bersama. 

Kemana abang saya pergi dengan teman-temannya, hampir bisa dipastikan saya turut serta, bahkan setiap tahun, kami berdua tidak pernah melewatkan konser Slank di Pekan Raya Jakarta. We always in the front line. Yelling, singing and drowning in the crowd.
oleh-oleh dari garis paling depan di konser SLank PRJ 2011
Di luar rumah, teman saya pun kebanyakan laki-laki. Mulai dari yang penampilannya rapi jali sampai yang gondrong urakan pun ada. Saya selalu berfikir laki-laki adalah mahkluk praktis dan gak ribet seperti kebanyakan kaum hawa. Sifat mereka yang simple dan easy going yet protective membuat saya jauh lebih senang bergaul dengan kawan laki-laki. 

Apa yang saya lakukan ketika berkumpul bersama dengan mereka? Alhamdulillah masih lurus. Ngopi bareng - yes, dulu saya adalah penggila kopi, mulai dari kopi biasa sampai kopi item ala dukun - main gitar atau main kartu dengan hukuman bagi yang kalah adalah memakai helm sepanjang permainan atau sekedar keluar mencari kuliner baru yang enak dan murah.

Soal hobi jangan ditanya. Terlebih sejak kecanduan hiking dan camping, mulai dari backpacking ramai-ramai sampai seorang diri pernah saya lakukan. Mulai dari proporsi kawan laki-laki dan perempuan yang seimbang di dalam perjalanan sampai hanya saya saja perempuan yang turut serta pun pernah saya lakoni. Keterbiasaan dikelilingi laki-laki membuat saya tidak merasa risih sama sekali. Alhamdulillah sekali.. dimasa- masa ini, Alloh subhanahu wa ta'ala selalu menjaga saya dan menganugerahkan kepada saya kawan laki-laki yang selalu sopan dan baik. Tidak pernah sekalipun saya merasakan perlakuan yang kurang ajar atau perkataan yang kelewat batas selama bergaul dengan mereka

Berhijab? tidak pernah terlintas sedikitpun. Seperti kebanyakan orang yang menolak berhijab, saat itu alasan saya kurang lebih sama : mending jilbab-in hatinya aja dulu, yang penting kita jadi orang baik, gak ngejahatin orang, yang penting tetep sholat, yang penting gak jadi anak durhaka sama orang tua dan "yang penting" lainnya yang selalu jadi justifikasi saya ketika bisikan berhijab mampir di kepala. Saat itu saya merasa walaupun saya tidak berhijab, pakaian yang saya kenakan masih dalam batas kesopanan.

Akhirnya kesempatan itu tiba. Entah apa yang masuk kedalam kepala saya, Ramadhan tahun 2010, saya mencoba berhijab. Pertama keluar dengan kerudung menutup kepala itu rasanyaaaaa.. gerah hehe. Hawanya pingin ngeliat kaca terus karena gak pede takut mencong sana-sini. Pokoknya sekedar ke supermarket aja jadi serba ribet. Besoknya saya masih bertahan, bahkan saya membeli beberapa kerudung langsung pakai biar praktis.

Ramadhan pun berlalu, seperti biasa tawaran naik gunung datang dari kawan-kawan laki-laki saya. Disini lah pertarungan hati dimulai. "serius ni make jilbab ke gunung?" ucap saya sambil muter-muter di kaca mencoba macthing-in antara celana treking, tshirt dan bergo. "iihh kok gak macthing sih?" gumam saya dalam hati. Dan pertarungan itu dimenangkan oleh setan. Saya tanggalkan kerudung yang sudah saya pakai kurang lebih 1 minggu itu untuk kemudian kembali ke baju kebesaran saya, celana panjang dan tshirt gombrong abang saya.

Bulan berganti tahun, saya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan ide berhijab menguap begitu saja. Sampai tiba di satu waktu, satu malam di tahun 2012, saya pergi ke sebuah mall, saya tidak ingat apa tujuan saya saat itu, entah mencari cemilan atau hanya sekedar iseng, but thats my turning point!. 

Lelah mengelilingi mall lima lantai, saya duduk di depan lift sambil memakan snack yang saya beli. Saya masih asik memandangi orang yang lalu lalang di hadapan saya sampai seorang bapak yang duduk di sebelah saya menyapa saya. Dari raut wajah dan kulitnya, saya langsung tau bahwa bapak ini keturunan Tionghoa. Bapak itu mencoba mengajak ngobrol dan saya menjawab seperlunya dan sesopannya, sampai tiba-tiba si bapak mempertontonkan video di tablet yang ia bawa. Sebuah video kebaktian dan konsep ketuhanan dalam agama nasrani.

Saya terkejut. Kemudian saya berkata dengan sopan, maaf pak saya seorang muslim, yang langsung di-ooooh-kan oleh si bapak yang kemudian berkata "saya pikir mbaknya nasrani". Wadezig. Perasaan saya campur aduk

Saya pun teringat sebuah ayat Al Quran :

"hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin agar mengulurkan atas diri mereka jilbab-jilbab mereka. yang demikian itu menjadikan mereka lebih dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang" 
( QS Al Ahzab :59)

Dan saya menangis.. Sungguh apa yang didekripsikan di ayat itu sungguh terjadi di diri saya. Saya tidak dikenali sebagai muslimah. Dengan tekad yang kuat, Ramadhan tahun 2012, saya resmi berhijab. Bulan-bulan pertama berhijab, saya disibukkan dengan video tutorial hijab yang booming di youtube. Setiap mau ngantor, sibuk nyari mode jilbab apa yang akan saya pakai ke kantor. Udah gak inget berapa kali saya membeli majalah fashion hijab yang isinya cara melilit jilbab ke sana-kemari agar tampak cantik. Jangan ditanya juga berapa kali saya ketusuk jarum saat mempraktikkan apa yang ditampilkan di majalah atau video yang saya tonton.

awalnya seneng.. lucuuuuuuu... lama2 ribet (-_-")
Saya merasa ada yang salah. Saya mulai merasa hijab gak seharusnya membuat saya tersiksa. Saya malah lebih mirip boneka vodoo ketimbang perempuan muslimah saking banyaknya jarum pentul yang nempel di kepala saya. Bukankah perintah berjilbab itu harusnya mempermudah? . Saya pun kembali ke titik awal. Mencari seperti apa hijab yang sesungguhnya melalui Al Qur'an.


Dalam pencarian itu, saya mulai belajar ternyata kerudung itu harus menutupi dada, maka saya berhenti melilitkan kerudung saya kesana kemari agar bagian depan tertutupi. Saya mulai tahu bahwa kerudung yang dipakai dalam berhijab itu gak boleh menerawang dan tipis maka saya mulai memakai kerudung dua lapis. Saya mulai mengurangi frekuensi memakai celana panjang dan menggantinya dengan gamis karena saya belajar lekuk tubuh termasuk lekuk kaki harus ditutupi. Saya mulai belajar bahwa kaki termasuk aurat perempuan maka saya mulai memakai kaus kaki. Saya mulai belajar bahwa tidak boleh menggulung rambut terlalu tinggi sehingga nampak seperti punuk unta maka saya rendahkan ikatannya. Saya belajar dan terus belajar. 



Dengan begitu, penampilan saya otomatis berubah. Reaksi pertama justru datang dari keluarga. Komentar seperti "pake kerudung yang biasa aja, biar modis, lebar-lebar gitu kayak ibu-ibu" udah jadi makanan sehari-hari. Terlebih ketika bertemu kawan-kawan hiking pertama kali dengan memakai gamis, tertawaan mereka diiringi dengan komentar "kak, lo kayak mak-mak pengajian" sempat mampir di telinga saya

Saya cuma tersenyum kemudian teringat akan perkataan teman saya yang diambil dari sebuah hadits bahwa Islam itu datang dalam keadaan asing, dan di akhir zaman akan kembali asing. maka beruntung lah orang-orang yang asing tersebut :")

Saya ingin belajar menjadi yang 'asing' itu. Saya ingin sedikit demi sedikit mengikis yang tidak baik, menggantinya dengan yang lebih baik. And you know what? perasaan ini tidak akan timbul apabila kamu masih berfikir untuk menjilbab-i hati ketimbang aurat kamu. Percayalah.. ketika memutuskan untuk berhijab, maka hati akan mengikuti.

Pada akhirnya, saya berdoa seperti doa yang selalu diucapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam : yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik ( Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu ). HR Tirmidzi.

Hijab ini begitu sulit datang, semoga ia tinggal untuk selamanya.. :")











regards,

4 comments:

  1. alhamdulilah mbak udah pakai jilbab yang baik dan bener hehehe lebih cantik dari pada sekedar memakai penutup kepala

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah mbak.. semoga istiqomah ^^

    ReplyDelete
  3. Sangat inspiratif. Semoga saya cepet cepet dapet hidayah. Amin...saya gak mau make hijab karena ngikutin orang.

    ReplyDelete
  4. Kisah yang sangat inspiratif sekali,.
    Semoga membuka mata temen2 smua agar mau berhijab syar'i
    Mampir ke sini y ,..
    www.mukenadistro.com
    kami adalah PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG berkualitas
    terima kasih..

    ReplyDelete