Tuesday, March 24, 2015

Backpacker Ke Baluran Part 3 (tamat) : Masuk Hutan Keluar Pantai.. Amazing!

Setelah menerima kenyataan telak bahwa pengunjung GAK BOLEH mendirikan tenda di area Taman Nasional Baluran, saya dan Acil melangkah gontai meninggalkan gerbang masuk Taman Nasioanal Baluran. Kita berdua akhirnya terdampar di sebuah warung kopi yang letaknya gak jauh dari gerbang masuk Desa Wisata Kebangsaan, desa yang persis berada di sebelah gapura selamat datang-nya Taman Nasional Baluran. Saya melirik casio hitam yang melingkar di lengan, jam delapan malam.

"ini malem minggu tau" celetuk Acil, gak nyambung.
Saya melengos, "iya malem minggu dan nasib kita apek banget". Acil tertawa sambil sesekali menyeruput kopi yang baru saja dia pesan. "Lo belon mandi dua hari dua malem, gue belon mandi sehari semalem, keabisan duit pula" sambung saya lagi. "iya ya, abis ini nyari ATM yuk" sahut Acil yang kali ini nyambung. Saya mengangguk setuju. "Lo tanya dulu gih dimana ATM paling deket", sahut Acil. Dia lupa satu hal : dengan kemampuan membedakan arah yang sekelas anak TK, menyuruh saya menanyakan arah adalah sebuah keputusan yang keliru.


"Oh ATM?" si Ibu merespon sambil menuangkan kuah bakso ke dalam mangkok. "500 meter mbak ke arah selatan sana". Saya garuk-garuk kepala,"ooooh... selatan ya bu?". Saya lihat si ibu sibuk melayani pesanan bakso dari pelanggannya, sementara saya terdiam beberapa saat mencoba mencerna si "selatan" yang dimaksud oleh si ibu. Gak berhasil. Bedain kanan kiri aja kadang salah, ini disuruh bedain arah mata angin pula. Akhirnya saya pun memadukan bahasa manusia dengan bahasa tarzan, "jalan ke arah sini atau ke arah sana ya bu?" tanya saya sambil mengibas-ngibaskan tangan kanan dan kiri secara bergantian, persis anak TK yang abis cuci tangan. Dengan tatapan agak aneh, si mbak menjawab pertanyaan sambil ikut memperagakan bahasa tarzan yang tadi saya pakai, "iya mbak. Bener. KE ARAH SANA.".

Oke. Dompet.. bertahanlah, sebentar lagi.. sebentar lagi!

Setelah kondisi dompet sehat kembali sepulangnya dari ATM, diantar sama si ibu warung kopi, kita berdua akhirnya nemu homestay, Bama Indah namanya. Rasanya nama homestay ini diambil dari salah satu spot didalam Taman Nasional Baluran : Pantai Bama. Eniwei, tarif homestay ini muraaaah meriah, cuma 50ribu semalam sudah termasuk dengan dua pilihan menu untuk sarapan : nasi goreng atau soto ayam. Berhubung bukan musim liburan ditambah masih terhitung musim hujan yang sebenernya bukan waktu yang cukup tepat untuk mengunjungi Taman Nasional Baluran, homestay ini sepi. Orang yang menginap di homestay ini cuma saya dan Acil, makanya dengan seenak udelnya kita bisa pilih-pilih kamar. Saya memilih kamar paling depan, sementara Acil memilih tidur di depan televisi. 

Besok paginya, setelah sesi sarapan dan nonton film kartun (iya. kartun), saya dan Acil beranjak menuju gerbang masuk Taman Nasional Baluran untuk seterusnya menghabiskan waktu di dua spot yang terkenal : Savana Bekol dan Pantai Bama. Total waktu yang kita habiskan disana hampir 8 jam! Waktu yang sangat sebentar sebenarnya, mengingat luas Taman Nasional Baluran ini yang mencapai angka 25.000 Ha.

Savana Bekol
"jarak dari sini ke Bekol 15 kilo mbak", jelas mas Andre yang kebetulan piket di loket masuk Taman Nasional Baluran. "ya monggo, kalau mau jalan kaki silahkan"

15 KILO? JALAN KAKI? Pulang-pulang bisa gak berbentuk ini betis, gumam saya dalam hati

"atau mbak sama masnya mau nyewa motor juga bisa" tambah mas Andre lagi. Saya ngeliat Acil sambil cengengesan. Seolah tau yang saya pikirkan, Acil menjawab setengah pasrah, "jadi ojek lagi dong gue?!". Saya ngakak. Mungkin Acil memang ditakdirkan jadi tukang ojeg di trip kali ini.

Ternyata ada yang nyobain jalan kaki!
Gak ngerti ini bule-bule, kaki sama paru-parunya terbuat dari apa sih? 
Jalanan menuju savana Bekol adalah jalanan beraspal. Di beberapa titik banyak juga yang jalanannya rusak parah. Untungnya Acil udah lulus SIM B ( baca : Sim Bromo ), makanya saya nyantai aja duduk di jok belakang sambil asik motret kanan kiri. Di sepanjang jalan yang kanan kirinya hutan ini, sangat disarankan untuk bernafas secara brutal dan nikmatin oksigen yang bebas dari asap knalpot. Adem. Segar. Bugar. Selain udaranya yang beda, kita juga sempat ngeliat beberapa hewan hilir mudik, mulai dari ayam hutan, burung merak dan tentu saja.. monyet. Mendekati savana Bekol, monyet-monyet malah semakin banyak di pinggir jalan, biasa.. cari perhatian. Apalagi kali ini ada Acil, cowok yang kegantengannya udah tersohor di kalangan monyet-monyet. 

Anggota AFC : Acil Fans Club :D
Setelah kurang lebih 40 menit, kita menemukan papan besar bertuliskan BEKOL. Sudah sampai ternyata. Berhubung masih termasuk musim hujan, Savana Bekol hari itu kelihatan hijau, gak seperti penampakan padang rumput di Afrika. Iya. Timing kita kesini emang kurang tepat. Berdasarkan keterangan dari bapak-bapak yang sama-sama duduk di warung kopi semalam, waktu terbaik mengunjungi Taman Nasional Baluran adalah ketika musim panas sedang panas-panasnya ( nah lho, yang kayak gimana itu maksudnya? ), karena ketika musim panas, rumput-rumput bakalan kuning meranggas dan hewan-hewan akan keluar dari hutan dan turun ke Savana untuk mencari sumber air dan makanan, persis seperti pemandangan di Afrika sana.

Hemm.. gak papa lah. Gak mengurangi naluri kita untuk tetap keliling-keliling disana ^^


Di dekat Savana Bekol, ada beberapa homestay yang disewakan, wisma rusa, wisma banteng dan wisma merak. Lucu juga kali ya kalau menginap disana, malem-malem bisa denger suara hewan-hewan dari hutan. Kalau berminat nginep disini harus booking dari jauh-jauh hari, kata si bapak di loket tiket. Selain wisma untuk tamu, ada gardu pandang juga, kalau naik kesini kita baru deh kita percaya kalo Taman Nasional Baluran ini ribuan hektar luasnya!

Dari atas gardu pandang

Dan ini beberapa jepretan kita 
di sekitar Savana Bekol
Maskot Savana Bekol
Maskot Savana Bekol DAN suku asli penghuni Bekol :D
Sudut lain Bekol
Sebenernya ngarep banget ketemu rusa atau banteng disini, tapi lagi-lagi yang ada hanya sekelompok monyet yang asyik bercanda satu sama lain. Setengah kecewa, perjalanan berlanjut ke Pantai Bama yang berjarak kurang lebih 6 Km dari Savana Bekol.

Pantai Bama

Awalnya, saya sempet gak percaya. Masa sih di tengah hutan ada pantai?? Tenyata beneran ada. Pantai ini bahkan juga memiliki wisma penginapan untuk tamu, berbagai macam wahana olahraga air seperti canoeing dan snorkeling, mangrove track dan bird watching trail.


Tempat pertama yang kita datangi adalah Pantainya. Pantai pasir putih ini cenderung sepi, padahal tergolong weekend. Tapi ini justru jadi keuntungan tersendiri untuk saya dan Acil. Private Beach!. Setelah mendirikan tenda untuk menyimpan tas dan barang bawaan lainnya dari gangguan monyet-monyet, tanpa banyak basa-basi kita langsung main air!

Mencegah tangan si monyet2 nakal
kelakuan (>,<)
tadinya sih pingin dipendem pasir berikut sama kepalanya.. untung sempet istigfar :D
Spot berikutnya yang kita datangi setelah puas main air adalah bird watching trail. Bukan berita baru kalau Taman Nasional Baluran merupakan habitat dari berbagai jenis hewan, termasuk burung. Konon ada sekitar 155 burung yang tinggal disini, beberapa bahkan merupakan burung langka, misalnya aja burung layang-layang api ( Hirundo rustica ) dan burung rangkong ( Bucerros rhinocerros ). 

Tukang burung
Sempat pas kita lagi nelusurin tracknya, ada dua ekor burung apalah-itu-saya-gak-tau-namanya, yang terbang di atas kepala kita. Dari suara kepakan sayapnya ketauan banget ukuran burung itu cukup besar. Orang yang paling seneng di tempat ini adalah Acil. Sebagai orang yang sering mainan miara burung, Acil keliatan excited banget! Mulutnya gak berhenti monyong-monyong bersiul menirukan suara burung yang terdengar dari kejauhan.

Ini dia lintasan bird watching trail
Sebelum pulang, saya sempat jalan-jalan sebentar di spot terakhir,  mangrove track. Sementara Acil memilih duduk di dekat musholla Pantai Bama. Luas hutan bakau di sini mencapai 400ha, tempat yang ideal untuk tempat hidup satwa laut mulai dari ikan sampai ular. Bahkan katanya, disini juga pernah ada yang melihat kucing mangrove. Meski agak bingung apa bedanya kucing mangrove dengan kucing kampung, saya tetap pasang muka-wow ketika mendengar informasi ini.

Ada juga mangrove terbesar se Asia
track pejalan kaki
Khawatir si Acil dikerubutin monyet-monyet betina, saya bergegas kembali ke Pantai Bama, sore itu langit mendung kembali. Benar saja, begitu sampai di gerbang depan Taman Nasional Baluran, hujan turun disertai angin lebat. Untung niat menunggu sunset di Pantai Bama kita urungkan! 

Turunnya hujan juga menandakan acara berikutnya tinggal santai-santai di homestay mengingat besok pagi, kami harus kembali lagi ke Malang untuk seterusnya naik kereta dan pulang ke Jakarta. Malam itu ditutup dengan saya yang ketiduran di depan televisi 14 inch yang lagi menayangkan film Lord of The Ring. 

Liburan yang menyenangkan!



3 comments:

  1. Mb putri ada rencana ke pulau harapan lagi? aku pengen nyoba solo travelling tapi pengen cari barengan juga demi menekan budget 😂

    ReplyDelete
  2. Mb putri ada rencana ke pulau harapan lagi? aku pengen nyoba solo travelling tapi pengen cari barengan juga demi menekan budget 😂

    ReplyDelete
  3. belum ada sih mbaak.. kalo ada saya mesti kabarin kemana ya? :)

    ReplyDelete