Friday, December 25, 2015

Backpacker Teluk Kiluan

Gak ada angin, gak ada hujan, gak juga didahului sama wangi kembang, lagi-lagi Acil, manusia setengah dodol yang belum lama ini jadi travelmate saya ke Bromo dan Baluran, tiba-tiba nongol di dalam blackberry messenger, "Putt. abis lebaran ke Kiluan?? jenguk lumba-lumba, ada temennya nih, tanggal 19??". Diberondong pertanyaan kayak gitu, jidat saya jadi berkerut. Ini anak memang gak pernah pake mukadimah kalo ngirim bbm.

Saya yang lagi ribet ngerjain PR, merespon males-malesan, "penuh gak itu pelabuhan?". Jujur.. Kondisi pelabuhan adalah hal pertama yang terlintas di kepala saat itu karena tanggal yang dicanangkan sama manusia ajaib ini memang mepet banget dengan hari lebaran, hari kedua lebaran malah. Saya memang belum ada rencana kemana-mana libur lebaran tahun ini, tapi mesti antri dan berdesak-desakan di pelabuhan sambil nenteng keril, jelas bukan pilihan yang bagus juga.

Acil kemudian menjawab dengan keyakinan sekelas penjaga loket di pelabuhan Merak, "masih lebaran mah gak kali, yang penuh kan sebelum sama sesudahnya". Meski agak ragu dengan jawaban Acil, toh saya akhirnya memutuskan untuk ikut bergabung juga ke dalam rombongan trip dengan total peserta 11 orang. Konsep perjalanan sempet diomongin beberapa hari sebelum keberangkatan, intinya sih kita bakal kemping di Pulau Kiluan, pulau yang nantinya bakal jadi starting poin untuk berburu lumba-lumba keesokan paginya. Yang kita gak konsepin dengan mateng adalah how to get there. Ini beneran nekat secara kami gak ikut travel paketan ditambah gak ada satupun yang pernah kesana plus gak punya kontak person siapa-siapa disana. Murni backpackeran.

Pukul tiga atau setengah empat pagi, kami sampai di Pelabuhan Bakauheni. Hiruk pikuk pelabuhan yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera ini mulai terlihat meskipun subuh belum datang. Demi melihat kami ber sebelas keluar dari pintu kedatangan dengan menenteng keril, calo-calo mulai bergentayangan. "mau kemana mbak?", "rental mobil mas?" dan pertanyaan-pertanyaan batman lainnya. "udah di jemput mas", jawab saya cool. Padahal dalam hati mah ngakak, Gaya lu put di jemput, di Jakarta aja gak ada yang jemput selain ojek langganan, apalagi di Lampung. :D
Nah, saya mau berbagi tips buat kalian yang juga mau ke Kiluan tanpa ikut travel paketan. Tips pertama adalah pastikan kalian menyebutkan Teluk Kiluan lengkap dengan kecamatan dan kabupatennya; Teluk Kiluan Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus, karena beberapa kali saya bertanya ke orang-orang di pelabuhan dengan menyebutkan Kiluan saja, mereka justru balik nanya, "Kiluan? gak pernah denger saya, daerah mana itu?"

Tips kedua adalah.. jangan percaya 100% pada satu informasi di dunia maya, mesti pinter-pinter menggabungkan antara satu informasi dengan informasi lainnya, plus jangan lupa, pakai insting!

Jadi pagi itu setelah diskusi panjang lebar, kami memutuskan untuk menyewa mobil dari Pelabuhan Bakaheuni ke suatu tempat yang bernama Kalibalok. Menyewa mobil adalah pilihan yang cukup efektif dan efisien mengingat rute transportasi umum menuju Desa Kiluan memang agak sulit. Berdasarkan informasi dari sebuah blog, di Kalibalok ini ada banyak travel yang menuju Desa Kiluan. Kemudian driver mobil yang kami sewa malah pasang muka heran. Dengan logat lampung campur batak yang menurut saya agak menyeramkan, dia bilang gini, "bah ngapain kalian jauh-jauh ke Kalibalok, itu sudah arah Palembang, turun saja kalian di Gudang Garam (nama perempatan, red ) dari situ nanti banyak angkot ke Kiluan"

Saya memandang ke arah teman-teman satu rombongan dengan tatapan gimana-nih-jadinya. "Ya udah insting lo Put, Gudang Garam apa Kalibalok?", tanya Aji singkat. "Gudang garam!" jawab saya mantep."nah ya udah. Biasanya, insting cewek kan bener", sahutnya lagi. Yang dia gak tau, insting nyasarin orang saya lebih besar ketimbang insting nunjukin jalan yang bener hahaha.

Perjalanan ke perempatan Gudang Garam dari Pelabuhan Bakauheni sendiri memakan waktu kurang lebih satu jam setengah ( tanpa rem hahaha ). Drivernya mah gilak. Itu rem buat pajangan doang. Jadi tips ketiga buat kalian yang mau backpackeran ke Lampung adalah banyak-banyak berzikir di jalan :)

Perempatan Gudang Garam bagi saya terlihat seperti daerah ruko-ruko. Berhubung kami sampai disana masih cukup pagi, keadaan di sekeliling masih sepi. Alhamdulillahnya insting saya tepat! Disana udah banyak mobil setengah pick up ( mobil pickup tapi ada atapnya ) yang nawarin jasa mengantar ke Desa Kiluan, salah satunya adalah Pak Nawawi. Beliau menawarkan harga yang sedikit lebih murah ketimbang yang saya baca di dunia maya, katanya sih karena beliau sekalian mau ke rumah orang tuanya di dekat desa Kiluan.

Tips keempat, siapkan bokong sebaik mungkin dan pastikan kalian membawa air mineral sebelum menempuh perjalanan menuju Desa Kiluan karena dari pertigaan Gudang Garam menuju Desa Kiluan, yang notabene merupakan desa yang akan dijadikan titik pemberangkatan untuk melihat lumba-lumba di Teluk Kiluan, akan ditempuh selama kurang lebih 4 jam dengan kontur jalanan yang rusak dan berdebu.

Menjelang maghrib, sekitar pukul lima sore, kami sampai di Desa Kiluan. Dari sini kita akan menaiki ojek perahu ke Pulau Kiluan ( atau pulau kelapa ). Pulau Kiluan sendiri adalah pulau yang hanya dihuni oleh beberapa warga yang kebetulan membuka warung disini. Disini terdapat beberapa bangunan penginapan yang berbentuk rumah panggung yang bisa disewa. Meskipun belum dialiri oleh listrik namun terdapat mesin genset yang digunakan oleh penduduk lokal untuk penerangan di sekitar penginapan.

Di pulau ini, sesuai rencana semula, kami bersebelas akan bermalam dengan membuka tenda. Ralat. Mereka membuka tenda, sementara saya lebih memilih untuk menghabiskan malam di dalam hammock.



Tips kelima adalah pastikan kalian sudah menyewa jukung sebelum malam tiba, terutama ketika datang kesana di musim liburan, seperti kami. "Ada kabar buruk", sahut Acil yang baru saja kembali dari arah penginapan untuk menanyakan soal jukung ( perahu kecil ). "jukungnya abis" sambung Acil. Ini cukup membuat kecewa karena untuk melihat lumba-lumba di Teluk Kiluan, kami harus menyewa jukung dari Pulau Kiluan ini.

"ada paling jam delapan an, jadi orang-orang pulang, kita baru dapet jukung buat disewa" jelas Acil panjang lebar. Saya gak banyak komentar. Setau saya, untuk melihat lumba-lumba, pengunjung harus berangkat dari Pulau Kiluan sejak pukul 6 pagi.

"trus gimana dong?" tanya saya.
"kalo gw tetep mau sih, abangnya bilang kalo gak ketemu sama lumba-lumbanya, kita cuma bayar 50% aja, gimana nih yang lain?" tanya Acil. Saya diem. gambling juga ya, tapi nanggung banget kalo cuma sampe pulau tanpa liat lumba-lumbanya, pikir saya dalam hati. Akhirnya setengah khawatir, saya tetap bersedia ikut meskipun kemungkinannya cuma 50%.

Keesokan paginya, sambil menunggu jukung datang, beberapa dari kami ada yang masih di dalam tenda dan memasak air untuk membuat kopi panas, sementara saya menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di pinggir pantai Pulau Kiluan.


beautiful angle
Momen yang ditunggu datang juga, begitu jukung-jukung menepi membawa para pengunjung pulang kembali ke Pulau Kiluan, kami segera berlarian menghampiri. Sambil memakai safety jaket yang ala kadarnya, saya melirik jam tangan, pukul delapan kurang. Saya komat-kamit berdoa semoga beneran bisa melihat lumba-lumba berparade. Jukung pun melaju menuju lautan lepas. Saya mulai menyalakan kamera sambil mengawasi permukaan laut. "itu dia, itu dia ada!"Acil berteriak sambil menunjuk ke arah kumpulan lumba-lumba. "mana mana manaaa?" tanya saya yang memang punya mata minus 3.5. Untungnya, setelah hampir 30 menit di atas jukung, kumpulan lumba-lumba berloncatan tepat di samping kami!

Setelah kurang lebih satu jam setengah melihat kumpulan lumba-lumba yang loncat girang kesana kemari, saya jadi teringat lumba-lumba yang ada di Ancol. Tiba-tiba saya jadi kepingin bikin acara tali kasih lumba-lumba, menemukan dua lumba-lumba yang terpisah sejak lama. Bisa jadi 'kan mereka sebenernya bersaudara lalu kepisah karena salah satunya dibawa ke kolam renang di Ancol untuk disuruh-suruh ngeloncatin lingkaran. Kasian.

Tips terakhir untuk kamu yang juga mau berkunjung ke Teluk Kiluan dan melihat lumba-lumba adalah tolong jangan kotori tempat sebagus ini. Ini. Serius. Karena di beberapa sudut di Pulau Kiluan, sudah mulai nampak tumpukan sampah-sampah pengunjung. Sedih sih. Kalau memang gak bisa bawa pulang, paling gak dibakar bisa jadi alternatif pilihan kali ya. Sayang banget kalau nantinya tempat sekeren ini gak bisa dinikmati sama anak cucu kita nanti.


Ps :
Merak - Bakaheuni PP 30rb
Rental mobil bakaheuni - gudang garam PP 120rb/orang
Gudang garam - Desa Kiluan PP 130rb/orang
Ojek perahu ke Pulau Kiluan ( Kelapa ) PP 15rb/orang
Sewa Jukung 100rb/orang
Lapak tenda 50rb ( apa 75rb ya? lupa haha )


Ijin menginap di Pulau Kiluan 5rb/orang





1 comment:

  1. seru banget liat foto-fotonya ^_^
    apalagi lihat aslinya ya

    ReplyDelete