Friday, August 8, 2014

Backpacker Jogjakarta part 1: City Tour!


Selamat datang di Backpacker Jogjakarta itinerary hari pertamaaaaa

Meski sempet dapet surprise yang gak ngenakin dari tukang becak di depan stasiun Lempuyangan ( cerita lengkapnya disini ), namun sama sekali gak nyurutin niat saya dan Tika - my new travelmates- untuk seru-seruan maksimal di Jogjakarta. Di hari pertama ini, sesuai judulnya maka kita berdua bakal ngelilingin Malioboro dan sekitarnya. Itung-itung pemanasan lah.


Setelah dapet penginapan murah di Jalan Sosrokusuman, maka perjalanan pun resmi dimulai dari tukang Pecel Madiun di pinggiran jalan Malioboro. Sarapan dulu judulnya. Begitu tau nasi pecel lengkap dengan tempe bacem dan es teh manis cuma 5ribu rupiah, saya nyaris meluk haru ibu penjualnya. Sumpah yaa.. di Jakarta mana dapet harga segitu?

pecel murah meriah
Di tukang pecel inilah, saya berkenalan dengan seorang turis asal taiwan - Kelvin namanya- yang selanjutnya ikut gabung bersama saya dan Tika di city tour hari pertama ini. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Benteng Vredernburg. 


Suasana Benteng Vredernburg kurang lebih mirip dengan kawasan Kota Tua di Jakarta, vintage dan memuat beberapa museum. Isi museumnya menggambarkan peran Kota Jogjakarta semasa penjajahan dulu, dimana kota ini sempat menjadi pusat pemerintahan sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Jakarta. Perasaan yang selalu timbul setiap saya masuk ke museum adalah takjub. Gimana gak, ngebayangin bambu runcing yang notabene lebih cocok dipake buat tiang jemuran, ternyata sanggup ngelawan meriam dan senapan. It just dont makes any sense :')

eksyen dulu biar postingannya gak dibilang HOAX *kalem
Selain berisi barang-barang bersejarah seperti seragam prajurit jaman dulu, museum ini juga berisi manekin-manekin imut yang menggambarkan sebuah peristiwa dari masa penjajahan dulu. Sangat representatif.

Konon ini suasana pengiriman bantuan di Lapangan Maguwo
ketika jaman Agresi Militer Belanda
ada benteng benerannya loh disini
Masih seputar kawasan Malioboro, setelah puas keliling-keliling di Benteng Vredernburg, Kraton Jogjakarta menjadi tujuan selanjutnya. Karena bertepatan dengan hari minggu maka suasana kraton lumayan ramai, banyak bus-bus pariwisata yang parkir berjejer di alun-alun kraton.

Gak banyak yang bisa dilakukan disini, konsepnya masih sama, wisata sejarah. Kraton yang dibangun oleh Pangeran Mangkubumi di tahun 1755 ini gak cuma jadi tempat tinggal para ningrat kerajaan tetapi juga menjadi pusat kebudayaan di Jogjakarta sekaligus sebagai wahana untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa. Beberapa alat musik traditional jawa tersusun rapi di satu sudut sementara di sudut lain nampak kereta Keraton yang menjadi kendaraan para Raja-raja Jawa.

Keraton Ngayogyakarta
Dari Keraton Jogjakarta, perjalanan saya, Tika dan Kelvin berlanjut ke Istana Air Taman Sari. Istana yang terletak kurang lebih 500 meter dari Keraton ini dibangun oleh arsitek berkebangsaan Portugis. Tempat yang identik dengan romantisme para raja ini dahulu dijadikan sebagai tempat mandi para selir dan permaisuri raja-raja Jawa. 

Gapura Agung : Gerbang Utama para raja yang berkunjung ke Taman Sari
Penampakan di dalem Taman Sari
Gimana gak romantis ini tempat, mereka -para raja jawa- bahkan punya ruang spa sendiri yang biasa dipakai oleh raja bersama permaisuri dan selir-selirnya.

Saya, Kelvin dan Tika di salah satu ruang spa
(plis jangan analogikan ini sebagai foto raja dan selirnya -_-')

Di Istana Taman Sari ini juga terdapat lorong-lorong bawah tanah yang terhubung dengan Keraton, Tajug namanya, konon lorong ini dibangun untuk berjaga-jaga seandainya Keraton dalam kedaan genting. 


Di satu kompleks dengan Taman Sari ini, ada juga yang namanya Sumur Gumuling, yakni masjid bawah tanah tempat para keluarga kerajaan mendirikan shalat. Arsitekturnya yang unik dengan lorong-lorongnya yang panjang menuju pusat masjid membuat saya betah berlama-lama disini. Konon tempat ini dibangun dengan tingkat akustik yang baik, dimana suara imam dapat terdengar ke setiap sudut di masjid ini.

Pusat masjid sendiri berupa area persegi dengan lima anak tangga di sekelilingnya, sementara atapnya langsung menghadap ke atas langit. Keren. Ini siapa sih arsiteknya? unik banget!

di pusat bangunan masjid
Setelah puas terkesima oleh saksi bisu sejarah kebidayaan Jawa kuno, tempat selanjutnya adalah Pasar Beringharjo. Berdasarkan keterangan ibu penjual nasi uduk yang saya ajak ngobrol, tempat ini adalah pusatnya batik, aksesoris dan oleh- oleh khas Jogjakarta dengan harga yang lebih miring. Dari pintu masuk Pasar Beringharjo, lurus saja sampai ketemu Bank BRI, Nah di belakang bank itu udah banyak kios yang menjajakan oleh-oleh khas Jogja seperti gantungan kunci dan dompet batik. harga yang ditawarkan bisa lebih murah 100% dari yang dijajakan di pinggiran Malioboro! Emang bener deh.. gak pernah rugi ngajak ngobrol pedagang kaki lima!

Lets go shopping!
Malamnya, saya dan Tika nongkrong di titik nol kilometer, sementara Kelvin istirahat di hotel tempat ia menginap. Titik nol kilometer ini mengingatkan saya akan kawasan Kota Tua di jakarta : dikelilingi bangunan tua ala Belanda, banyak orang berdandan unik, penuh dengan pedagang kaki lima dan anak muda! Bahkan kalau lagi beruntung, kita bisa menyaksikan pertunjukan musik disini. 

kapan lagi foto bareng setan ber-piercing :D
Setelah hampir 2 jam-an nongkrong di titik nol kilometer, saya dan Tika kembali ke penginapan yang kami sewa di daerah Sosrokusuman. Dan akhirnya, backpacker Jogjakarta hari pertama ini ditutup dengaaaaaaan... dua buah koyo di betis neng Tika haha.. Soal pengeluaran, karena hari ini mode jalan kaki diaktifkan makanya pengeluaran sangat amat minimal, kita cuma perlu membayar tiket masuk ke tempat-tempat diatas yang kisarannya antara 3ribu - 7ribu rupiah per tempat wisata. Asik kan? ^^

fyi :
penginapan : 70rb/2org
tiket wisata : 3-7rb/tempat wisata
jasa guide : negotiable, antara 10-20rb/tempat wisata ( gak wajib pake guide tapi worthed biar tau asal usul tempat wisata itu )
makan : 5-15ribu ( biasain nawar dulu yak sebelum pesen )

Next : Backpacker Jogjakarta part 2 : Beaching Day dan Pesta Duren!

No comments:

Post a Comment