Sunday, May 22, 2016

Backpacker VS Bikepacker

Bagi penggila jalan-jalan, istilah backpacker mungkin udah gak asing lagi di telinga. Istilah backpacker dipakai untuk menyebut orang yang melakukan backpacking. Backpacking sendiri bisa diartikan sebagai sebuah perjalanan dengan sistem low-budget. Pemilihan moda transportasi dan penginapan yang dipilih biasanya semurah mungkin agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di suatu daerah. Selain menikmati keindahan suatu tempat, fokus lain dari kegiatan ini adalah menikmati interaksi sosial selama perjalanan. Sesuai dengan sebutannya, backpacker umumnya identik dengan tas punggung yang dipakai untuk membawa semua barang yang mungkin dibutuhkan selama perjalanan. 

Sebelum abad ke 17, orang yang bepergian jauh dari rumahnya identik dengan sesuatu yang negatif misalnya menderita suatu penyakit, tragedi atau pergi akibat peperangan. Namun sejak abad ke 17 dan 18, bepergian menjadi sebuah trend positif bercita rasa pendidikan dan hobi di kalangan anak muda saat itu. Nah kalau bikepacker?? Istilah apalagi itu?


Sumpah ini saya lagi gak lari dari peperangan

Bagi yang aktif di kaskus (salah satu sosial media yang cukup besar di Indonesia) istilah bikepacker mungkin gak asing lagi di telinga. Merujuk kepada salah satu halaman di komunitas mereka, pengertian bikepacker diambil dari dua kata yaitu biker dan backpacker, yang kalau diartikan secara rinci adalah sebuah kegiatan mengeksplorasi keindahan alam dengan menggunakan kendaraan roda dua plus tentu saja, dengan budget seminimal mungkin. 

Logo komunitas bikepacker di Kaskus

Saya yang selama ini selalu menggunakan kereta api ketika bepergian jauh, gak pernah berfikir untuk melakukan bikepacking, sampai suatu ketika, saya kenal dengan dua makhluk dari komunitas ini, Gazza dan Ugi, yang akhirnya malah ngetrip bareng naik motor ke Jogjakarta di bulan Oktober tahun 2015 lalu. Waktu itu rasanya saya berjanji kepada bokong diri saya sendiri, saya gak mau lagi diajak naik motor jarak jauh, pegelnya itu lho.. bisa tiga hari kemudian baru hilang. Tapi nyatanya, libur panjang kemarin, saya malah ikutan gabung ketika mereka membuat trip bikepacker dengan rute yang lebih gila lagi : Banyuwangi! 

Pantai Watu Dodol, Banyuwangi
Bikepacker!

Selama menempuh perjalanan Jakarta-Banyuwangi bersama mereka, saya menyimpulkan ada beberapa perbedaan signifikan antara menjadi seorang backpacker dan bikepacker. Apa saja? ini dia!

Bikepacker membutuhkan extra tenaga dan nyali dibandingkan dengan backpacker.
Ini ketauan ketika menempuh perjalanan ke kota tujuan. Jika backpacker yang mengambil moda transportasi umum bisa beristirahat, nonton tivi bahkan membaca buku selagi menuju kota tujuan, tidak dengan bikepacker. Mereka harus berjibaku dengan mata ngantuk, punggung pegal dan bokong pedes untuk bisa sampai ke kota tujuan. Bukan cuma tenaga, tapi dibutuhkan nyali lebih banyak untuk menjadi seorang bikepacker. Mulai dari melewati rute sepi di tengah hutan, lintasan yang penuh dengan tikungan tajam plus kemungkinan dipepet truk gandeng yang mungkin terjadi selama perjalanan. Makanya saya mengambil kesimpulan: setiap orang bisa saja menjadi seorang backpacker, tapi menjadi bikepacker? belum tentu semua orang sanggup!

Ugi di suatu tempat antara Nganjuk dan Ngawi

Peralatan yang dibawa bikepacker lebih banyak ketimbang backpacker
Bagi seorang backpacker biasanya barang bawaan gak jauh dari apa yang akan melekat ditubuhnya selama perjalanan, misalnya saja pakaian ganti, matras atau sleepingbag. Bagi bikepacker, selain apa yang akan ia kenakan nanti, ia juga harus membawa peralatan lain yang mungkin dibutuhkan oleh tunggangannya, mulai dari ban dalam, kabel ties sampai yang ribet seperti berbagai macam kunci dan obeng-obeng standart yang biasa dipakai untuk memperbaiki kerusakan ringan pada motor.

boleh searching di gugel

Bikepacker harus siap hidup dari satu pom bensin ke pom bensin lainnya
Meskipun mengusung konsep perjalanan yang sama yaitu low budget, bikepacker lebih ekstrim ketimbang backpacker. Kebanyakan dari para backpacker akan kebingungan jika ternyata losmen kelas melati yang harganya murah meriah ternyata full-booked, mereka biasanya harus merelakan untuk tidur dengan biaya yang sedikit lebih mahal ketimbang yang telah direncanakan. Tapi tidak untuk para bike packer.
"ah tenang, masih ada pom bensin kan?"
Yap. Mereka mampu beradaptasi dengan lantai musholla atau emperan pom bensin dengan cepat tanpa merasa malu untuk meluruskan badan di tempat seperti itu. 

foto diambil dari perjalanan tamafear.blogspot.co.id

Kayanya menderita banget ya menjadi seorang bikepacker? No.. no.. nanti dulu. Jangan mengambil kesimpulan sebelum kamu selesai membaca poin-poin berikut ini

Biaya perjalanan bikepacking menjadi lebih murah jika dibandingkan dengan backpacking.
Jika masih di satu pulau alias gak pake nyebrang ferry, biaya transportasi bikepacker lebih murah ketimbang backpacker. Ini terbukti. Kemarin ketika saya bikepacking ke Banyuwangi, hanya menghabiskan tidak sampai 400 ribu untuk satu motor pulang pergi, itu pun dibagi dua orang menjadi kurang lebih 200 ribu satu orang. Jika perjalanan ditempuh dengan cara backpacking dengan moda transportasi umum akan menghabiskan biaya hampir dua kali lipatnya. Belum lagi jika tidak ada angkutan umum di kota tujuannya, para backpacker biasanya akan menyewa ojeg atau mobil agar bisa sampai ke objek wisata yang dituju. Ini tentu membuat pos pengeluaran bertambah bengkak jika dibandingkan dengan para bikepacker.


Pindah dari satu destinasi ke destinasi lainnya?? Mudah banget bagi para bikepacker!
"Di Kota A banyak angkutan umumnya gak? kalau gak ada kita naik apa dong keliling kotanya?"
"Bis ini sampai di depan objek wisatanya atau harus nyambung lagi ya?"
"Duh kita jangan lama-lama di pantai ini, soalnya bis terakhirnya jam 4 sore" 
Ini adalah masalah klasik yang sering ditemui oleh kebanyakan backpacker yang berkelana ke kota-kota kecil dimana moda transportasi umumnya terbatas. Mereka harus menyesuaikan waktu eksplorasi dengan ketersediaan sarana transportasi disana. Syukur-syukur punya uang lebih untuk sewa motor atau mobil. Tapi buat bikepacker? Hal seperti ini gak ada di kamus mereka. Hopping destination is just one starter away. Efektif dan efisien!

diambil dari adventuriderz.com

Itinerary bisa SANGAT berkembang, tergantung kota mana yang dilewati
Niatnya mau ke Bali, tapi pas lewat Klaten ternyata ada objek wisata yang menarik. Mampir dulu? bisa banget. Ini adalah kelebihan plus-plus yang dimiliki oleh para bikepacker. Masalah transportasi yang sudah ada di genggaman, membuat itinerary yang mereka susun menjadi lebih bervariatif, misalnya saja mencoba kuliner yang khas di tiap kota yang mereka singgahi atauu.. bisalah selfie dulu jika kebetulan melewati pantai atau tempat menarik lainnya yang ditemui di sepanjang jalan.

Ketemu pemandangan bagus dikit.. ckrekk! ( foto diambil dari forum bikepacker kaskus)

Lebih berasa petualangannya!
Jika kamu adalah orang yang punya naluri berpetualang yang tinggi, jika kamu ingin menikmati setiap meter jalan yang kamu tempuh menuju destinasi impian kamu, maka gak ada alasan untuk tidak mencoba bikepacking. Kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat pemandangan sambil memainkan angin yang menerpa jari jemari saat kita bentangkan ia ke samping. Saya sendiri sangat menikmati perjalanan selama bikepacking ke Banyuwangi kemarin, entah itu ketika melewati perbukitan teh di daerah Bogor, daerah pertambangan yang ngebulnya minta ampun di Bandung sampai area persawahan yang memanjakan mata ketika memasuki daerah jawa tengah. Memang lelah dan lama, tapi kemudian saya berbisik kepada diri sendiri, "well.. this what i called adventure!"


Pada akhirnya, sama seperti semua hal di dunia ini, Satu cara belum tentu lebih baik dari cara yang lain. Semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tinggal bagaimana pilihan yang akan kita ambil. 

Jadi.. gimana? tertarik menjadi bikepacker? :)


10 comments:

  1. wihhh ada foto ane (paling bawah) :malus

    Bikepacker ga selalu lebih murah dr Backpacker kok, terutama utk daerah2 yg belon ter cover Ferry reguler. Kadang terpaksa bayar 4 -5 X lipat lebih mahal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uwoooh.. ini pasti udah sampe timur jalan2nya ya om? :D
      Iya ya mungkin krn saya perbandingannya masih di pulau jawa yg gak pake nyebrang kali ya.. makasih yaa om masukannya 😊😊

      Delete
    2. Om revan untung mukanya ga keliatan jelas wkwkwkw..

      Delete
  2. Bener kata om revan. Kita harus menyisihkan uang untuk tunggangan kita. Untuk kejadian yg gak di inginkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oooo bener juga! Sip sip.. seneng deh banyak bikepacker yg ngasih saran. Kapan2 boleh ngetrip bareng nih

      Delete
  3. Bikepacker emang cocok banget buat yang hobi ODT kayak gw.. Ga usah mikirin angkutan umum. Cuma minusnya emang bikin capek bingit.

    Btw, mentang-mentang udah bikepacker-an udah ke yang jauh-jauh, yang deket jadi kagak diitung ya? Hello, curug sentral!! <<< Kasian ga disinggung-singgung. Hiks.. :p :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap! Kapan kesana rame2? boleh juga ikut, Bonceng tapi :D

      Makasih lho udah mampir dimari :)

      Delete
  4. Hai kak putri, aku mau tanya soal waktu itu kaka ke pulau harapan, cp nya yg pak salim itu masih aktif kah ka? Ku mau hubungi soalnya hehehe

    ReplyDelete
  5. Temen saya di jogja banyak yg menganut aliran bikepacker. Bedanya mereka pake bicycle alias sepeda tanpa motor. bawaannya ga semeriah motorbike hehe cukup bawa pannier yg isinya cukup untuk 2-3 hari. Kesamaannya ya biasa tidur dibpom/ pos polisi sepanjang jalan. Coba deh sesekali :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau bikepacker sepedaan lebih gila lagi ya.. itu bener2 butuh semangat dobel, terutama pas pulangnya :D

      Delete