Sunday, September 28, 2014

Mencicipi Jalur Panjat Tebing di Pantai Siung

Pantai Siung adalah salah satu pantai yang terletak di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Desa Purwodadi. Meskipun masuk ke dalam wilayah yang tergolong terpencil -tidak ada sinyal telefon!- Pantai yang diapit oleh gugusan batuan andesit dan batuan kapur ini ternyata memiliki popularitas yang cukup mendunia. Iya. Pantai Siung ini terkenal dengan ratusan jalur panjat tebing yang sering dipakai pada event-event berskala international. 



Pagi itu, Pantai Siung masih terlihat sepi. Maklum hari ini bukanlah penghujung minggu. Beberapa orang yang terlihat pun tidak lain hanyalah warga yang bermukim di dekat pantai atau nelayan yang baru saja pulang dari Tempat Pelelangan Ikan yang memang terdapat di pinggir pantai Siung.

"jadi manjat ndak?" tanya mas Wasesa -salah satu pria ajaib dari Katamata Adventure. Saya menyembulkan kepala dari dalam hammock yang dipasang diantara dua belah pohon pandan laut tepat di pinggir pantai. "jadi jadi jadi", jawab saya semangat meski badan tetap enggan bergeser dari dalam hammock. Akhirnya, baru menjelang siang, masih dengan tiga pria ajaib dari Katamata Adventure, saya berjalan menuju sisi barat dari Pantai Siung, dimana karang-karang besar dengan jalur lintasan panjat teronggok cantik disana.

Panjat tebing sendiri mulai dikenal di awal tahun 1900, tepatnya tahun 1910 di Pegunungan Alpen, Eropa, sebelum Perang Dunia I bergejolak. Di Indonesia sendiri, geliat olahraga panjat tebing baru muncul sekitar tahun 1960 yang dipelopori oleh mapala UI dan Wanadri, namun baru pada tahun 1994, olahraga panjat tebing ini diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia dan resmi diikutkan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 1996.
lucuu kaaan?
"yang ini mau?" tanya mas Agus sambil menunjuk karang besar yang ada di sampingnya. Saya mendongak ke atas, mengerutkan kening dan menjawab sambil nyengir "ih kayaknya susah yang ini, yang lain ajaaa, kalo bisa yang poinnya alus-alus gitu lho".
"itu mah di wall putriiiiiiiiiiii.. moso' aku harus ngamplas dulu tebingnya biar alus" sahut mas Wasesa geram yang langsung saya jawab dengan cengiran kuda. 

Berhubung saya tergolong kelas paling amatir, maka jalur lintasan panjat yang dipakai adalah yang tergolong paling mudah disana. Tanpa buang waktu, mas Wasesa yang bertugas sebagai pemasang runner mulai beraksi sementara dibawahnya mas Dedy bertugas sebagai belayer dan mas Agus? yak.. dia tidur pules berbantalkan helm panjat *tepokjidat*

Runner and belayer
Sebelum memulai sesi panjat memanjat, saya diajari warming up terlebih dahulu, "biar gak terlalu sakit nanti udahannya" ujar mas Wasesa. Warming up menitikberatkan streching pada sendi-sendi di pergelangan tangan dan kaki yang nantinya akan bekerja ekstra berat untuk mendorong badan kita ke atas ketika memanjat nanti.

tu..wa..ga..pat
Sensasi yang membedakan antara memanjat dinding dengan tebing adalah menentukan poin mana yang akan dijadikan tumpuan. Berhubung penampilan batuan kapur yang sedang saya panjat ini nampak sama, saya pun agak bingung 'ini mana lagi yang harus dipegang?' haha. Walhasil pertanyaan yang sering saya teriakkan dari atas sana adalah : ini kemanaaaaa lagi? :D

pemandangan dari atasnya itu lhooo.. yang lucuuu
Sesi panjat memanjat ini berlangsung hampir dua jam dengan diselingi sesi tukar cerita tentang kebudayaan jawa di sela-sela jeda antara sesi manjat satu dengan yang lainnya. Overall... rock climbing atau panjat tebing adalah menu utama dan harus dicoba bagi kalian yang memiliki rencana untuk berkunjung ke pantai Siung. Tapi jangan lupa yaa.. selalu memakai peralatan standart yang safety PLUS didampingi oleh orang-orang yang kompeten di bidang climbing.

No comments:

Post a Comment